Wednesday 20 August 2014

jurnalist juga manusia

hidup sebatang kara, menjadi anak jalanan, mungkin tidak
seorang pun didunia ini ingin menjalaninya. namun apa mau
dikata, itulah yang terjadi dengan Arif Pratama Rangkuti,
korban tsunami Aceh pada desember 2004 silam.
entah bagaimana pastinya, kok bocah malang ini bisa sampai
ke kota kecil bernama Payakumbuh di Sumatera Barat, sejak
8 tahun lalu.
berawal dari tayangan sebuah televisi berita beberapa
waktu yang lalu, yang menayangkan siaran langsung
wawancara dengan seorang Ibu, orang tua dari Raudhatul
Jannah, yang kini sudah remaja menghilang sejak persitiwa
memilukan 10 tahun lalu, ditemukan di daerah Aceh.
tidak menyangka sedikitpun, salah seorang warga bernama
Lana Bestari, warga kota Payakumbuh, tertarik menyaksikan
siaran tersebut. ini karena sang nara sumber mengatakan
bahwa kakaknya Raudhatul Jannah bisa jadi berada di daerah
ini.
warga tersebut pun mendokumentasikan tayang itu dengan
telephon genggam berkamera miliknya. dicarilah Arif
Pratama atau "Ucok", warga memanggilnya untuk
diperlihatkan poto ibu yang diwawancarai tersebut.
sontak bocah yang sudah beranjak remaja berusia sekitar 16
tahun itu mengatakan bahwa, " ini emak nih...". ujarnya
kepada Lana.
mungkin naluri keIbuan ibu 3 putra ini langsung bereaksi
dan berfirasat bahwa Ucok ini adalah anak yang tengah
dicari keluarganya sejak 10 tahun lalu.
Ibu Lana pun mencari sumber kontak dari stasiun televisi
ini, untuk dibagikan poto remaja gelandangan ini. hingga
informasi ini sampai di telepon genggam saya.
sebgai seorang Jurnalis, insting berita pun langsung
bergerak menuju target sasaran siang itu juga bersama
seorang kawan Photographer.
mobilpun dikebut sejadi-jadinya hingga sampai ditujuan,
Payakumbuh sembari menyinggahi seorang rekan Jurnalis
televisi lainnya.
singkat cerita, ngobrol sana-sini mendalami informasi
mentah yang saya terima dengan suami ibu narsum saya,
ternyata, suaminya lah yang mendapati Ucok tertidur di
bawah sepeda motor yang terparkir didepan warung internet
miliknya dengan kondisi yang cukup memprihatinkan sekitar
awal tahun 2006 silam.
keterangan Windu, suami Lana, ucok pernah ia suruh nginap
di warung internetnya, namun ucok hanya bertahan satu hari
lalu pergi entah kemana. seminggu kemudian ia datang lagi
dan meminta uang untuk makan. hingga akhirnya ucok hidup
luntang lantung di berbagai sudut kota kecil ini.
kami pun bergerak mencari dimana keberadaan ucok dengan
bantuan sahabat ucok, Adek, tak sulit mencarinya karena
Windu sudah hafal dimana titik pemberhentian ucok.
didapatilah ucok tengah asyik bermain game di sebuah
warung internet sendiri. dengan kondisi yang kumal, ciri
khas anak jalanan, ucok pun kami bawa ke rumah Windu untuk
kami gali informasi darinya.
ia pun "nurut" ajakan kami menaiki sebuah minibus yang
saya kendarai. sesampai dirumah Windu, ia langsung dikasih
makan oleh Lana, karena ia sepertinya belum makan. benar
lah adanya, saya lihat ucok makan dengan lahapnya nyaris
seperti orang yang tidak makan beberapa hari. meski makan
dengan lahap sembari bercanda dengan rekan sejawatnya, ia
pun teringat ada kucing di depan rumah lalu membagi
makanannya untuk binatang rumahan tersebut.
kamipun bercanda ria dengan ucok sambil mengambil gambar
untuk keperluan liputan saya. Ucok ternyata ramah dan
santun kepada orang yang lebih tua darinya. tidak ada
kesan "nakal" dari korban tsunami Aceh ini walau kondisi
kerasnya beban hidup yang dijalaninya 10 tahun belakangan.
entah kenapa, dia begitu akrab dengan saya, bahkan dia
memeluk saya walau pakaian dan baunya sangat menyengat di
indra penciuman saya. tp tak apalah, toh pakaian ini bisa
dicuci bersih, yang penting niat baik ini harus tetap
terjaga apapun konsekuensinya.
saya pun mengeluarkan komputer jinjing yang saya bawa dan
mulai bekerja seperti biasa sehabis liputan guna
pengiriman gambar ke kantor pusat.
sedang serius menekuni pekerjaan, ucok pun menggangu saya
hingga kamipun terasa semakin akrab walau baru kali itu
saya bertemu dengannya.
dengan koneksi internet yang sangat pelan, akhirnya tugas
saya pun selesai. rokok di kantong pun saya keluarkan dan
membakarnya, eh taunya si ucok ini minta rokok. lantaran
mengingat menimbang dan memutuskan, saya berilah dia
sebatang rokok. waahh, dia sedap sekali menghisap rokok
putih yang saya berikan tadi sambil tersenyum riang.
selepas ini, dia pun bermain bersama anak pasangan suami
istri bahagia Windu dan Lana dihalaman rumahnya.
seterusnya dia pamit pergi.
entah kenapa, sepertinya ucok ini patuh kepada Awin(sapaan
akrab Windu). Adzan maghrib pun berkumandang dan kamipun
menunaikan ibadah fardhu tersebut.
akhirnya kami pamit undur diri untu kembali ke tempat
masing-masing.
sesampai dirumah, kembali laptop butut ini ku buka dan
membuka poto-poto yang ku jepret saat jumpa dengan ucok.
dan langsung menguggahnya ke sosial media melalui akun
pribadi.

tak lama berselang, berbagai komentar dan tanggapan dari
teman hingga bahkan orang yang belum saya kenal sekalipun.
itulah duia sosial media, kita bisa berkomunikasi meski
belum saling mengenal.
telephon pun berdering silih berganti. mulai dari rekan
jurnalis di daerah Aceh hingga keluarga
hingga akhirnya ku dapati kabar bahwa keluarganya ucok
akan datang ke Payakumbuh. aku pun tiba dengan perasaan
deg-degan. langsung mencari dimana titik keberadanaan
ucok, namun tak kujumpai.
mungkin dia masih tidur disaat matahari sudah naik, ujar
Awin kepadaku. ya, kamipun berkumpul di rumah Awin sembari
menikmati kopi suguhan ibu Lana. tak lama berselang
muncullah ucok dengan dandanan rapi yang diantar oleh
salah seorang warga.
dengan wjah yang sangat antusias, dia pun minta makan
kepada Lana, lalu di berikan nasi bungkus bersama sahabat
karibnya, eka.
aku pun menghubungi keluarga ucok, mereka bilang belum
bisa datang lantaran terperangkap macet karena ada pawai
peringatan HUT RI ke 69.
aku, ucok, eka, rekan tv lainnya, Bu Lana serta Suami,
ngobrol, dan ternyata ucok mengaku pernah masuk tahanan
polisi akibat kenakalannya selama satu minggu. ini
dikatakan Eka, dan kamipun terkejut. yah, mungkin karena
sudah sejak dari kecil, hidup tanpa kasih sayang orang tua
dan mungkin dampak traumatis yang diterimanya dari
peristiwa tragis waktu dia masih berusia kecil.
menjelang adzan zuhur, keluarga ucok pun datang dengan
wajah yang tak kalah antusiasnya. sang ibu, Jamaliah walau
terlihat wajah lelah setelah menempuh perjalanan satu hari
satu malam hingga sampai di Payakumbuh, langung memecahkan
airmatanya saat bu Lana berkata, " cok tu emak", mereka
pun terlibat tangis haru... ohh.... tak kuat juga aku
lihat mereka yang sudah 10 tahun tidak pernah berjumpa,
hilang sejak masih usia kecil, kini bertemu. tak sadar
mataku pun berkaca melihat peristiwa didepan mataku ini
begitu menyentuh bathin ini. meski begitu, aku harus tetap
mendokumentasikannya sebagai tugas seorang jurnalis.
Ya Tuhan, betapa beruntungnya Ucok ini, walau banyak
pengalaman pahit yang ia rasakan, akhirnya berjumpa dengan
keluarga besarnya, ibu, ayah, abang, adiknya yang juga
baru bernasib sama hilang 10 tahun. masih banyak diluar
sana anak-anak yang sengaja dibuang orang tuanya lantaran
"tidak diinginkan" kelahirannya. mereka bahkan tega
membunuh buah hati darah dagingnya sendiri hanya karena
malu. uughh
ucok adalah satu diantara ribuan bahkan jutaan anak-anak
yang terpaksa hidup sebatang kara. karena keadaan, mungkin
karena memang disengaja. entahlah.
siang ini, saya menanyakan kabar tentang ucok atau arif ke
pada rekan yang bertugas di Aceh. apakah ucok masi
ngerokok? Alhamdulillah dia patuh dan tidak merokok karena
dilarang tante nya. bertolak belakang saat kami pertama
jumpa. suka minta rokok walau usia masih belasan.
sekarang dia sudah rapi, rambutnya yang gondrong acak-
acakan, sekarang sudah cepak rapi. bau badan yang tak
karuan, sekarang sudah mulai rajin mandi.
Alhamdulillahirabbil A'alamiin.





mohon maaf jika tulisannya tidaklah bagus, harap maklum



Padang, 19 Agustus 2014

donal meisel caniago
http://www.youtube.com/watch?v=5fBFoe5tEbI

Halo, saya balik lagi... :)

Setelah sekian tahun tidak membuat konten disini dan lebih banyak berkarya di Youtube, akhir akhir ini saya kembali teringat bahwa ternyata ...